dunia saya kanser?
October 31, 2010 § Leave a comment
A stage when every man must play a part,
and mine a sad one.
sedang aku masih memetik rumput dan duduk ditengah padang untuk memastikan kemana berarak awan,
sedang identitas tiap objek bikin aku kaget,
sedang aku masih penasaran memerhati cinta manusia yang tumbuh subur dimana mana,
sedang aku masih bermanggu dibalkoni ditemani bertin tin minuman sebagai antidepressan dengan doa yang berlebihan,
sedang aku butuh tercari ari apakah yang dipesankan embun kepada genting atap rumah yang dilewatinya sejak malam tadi, lalu butir butir airnya menitik nitik seolah olah mengerti sesuatu?,
sedang aku masih pegun disini; menimbang nimbang cadangan mati-pegun-diam,
sedang aku terus juga menuntaskan mandi puisi yang tak jadi,
sedang aku kadang-kadang membayangi dikepalaku tumbuh sayap. supaya pikiranku yang macam macam ini bebas terbang, bebas hinggap, bebas mengepak. bebas pergi, pun bebas kembali,
sedang aku masih mendongak merenung mendung yang masih terapung diatas kepala,
sedang aku, anak nakal yang lembap semangat. yang termenung seperti mimpi yang tak tergerak oleh suatu apa pun,
*pusing
lalu kapan agaknya aku bisa berhenti mencemaskan diri sendiri? yang aku robek pelan pelan. pelan pelan… kerna, ada ketika sesuatu datang kita takkan bisa menyebut apa. kita lagi suka jadi diam, lagi suka jadi buntu. lantas bolehkah kulaporkan derita ini dengan rintih sahaja?
ooo dunia ini angkuh, dunia ini indah, dunia ini sampah..
benarnya, aku hanya ingin pagi buka tingkap yang amat biasa; ada matahari menyapa karip..
kenapa pusing? tenang aja ah!
mungkin esok..takdir akan berkata ya untuk aku. dan yang abstrak pasti aku lepaskan, lupakan. ianya pakej. datang dengan harga yang tersakit.
hazel zazali, kuala lumpur 2010;
kontent tiada kaitan dengan saya. tapi kayaknya perlu lebih banyak bersyukur kan?supaya tuhan tak lagi pura pura marah.
absurd hidup
October 12, 2010 § Leave a comment
dengan apa cara hidup kita akan termaknai?
semacam ramalan.
pada mulanya dia membayangkan sehelai kertas kosong, lalu ada pena bulu angsa
dan ketika dari langit ada yang menitik, dia menadahkan tapak tangan sedepanya untuk mengumpul tinta
terus, dia susah-susah coba melakar namun nggak satu garis pun yang rela tertoreh atas kertas kosong walau dia tau kan tinta kosong dari langit nggak punya warna nggak punya makna…
dicobanya lagi lagi lagi lagi namun tetap nggak ada… kerna hilang harapan, dia mengoyak kertas kosong dan ditaburin kelangit.
yang disekeliling hanya memerhati dengan mata..
ahh kalaula orang-orang itu bisa tau betapa kalutnya berada diposisi dia…
seriously, dengan apa cara hidup kita akan termaknai?
semacam ramalan.
kemudian dia membayangkan tin kosong yang disimpannya dijendela kamar setelah kian lama, tidak kelihatan kelibatnya sejak bangun tidur tadi.
jika teman-teman lain ditemani komputer elektronik atau henpon yang mahal-mahal, berbeda kondisinya keatas dia…
saat itu juga dia pengen nangis.
tin kosong yang selama ini menemaninya, mendodoi anak matanya sebelum terbang masuk kealam mimpi, telah hilang…
mungkin dicuri lipas.
maka dengan cara apa lagi hidup kita akan termaknai?
nggak ada ramalan.
tuhan itu pasti tau jawabannya.
hazel zazali
o bayangan!
October 7, 2010 § Leave a comment
roman ke tiga-belas
October 7, 2010 § Leave a comment
; اونتوق ساودارا ذوهاي اماني يڠ دکاسيهي
sudahkah aku ceritakan kepadamu, tentang sebuah malam yang penuh dengan gisik mandolin dari sebuah radio lama, dihiasi dengan liuk rintih cengkerik bandar dan segar bunga rumput selepas hujan? dipeluk dengan dinginnya angin malam yang menyapa lembut disetiap helaian rambutku, dihari ke tiga-belas tanpa nama? tentang antalogi sebuah malam yang tak pernah sekali aku rencanakan dengan apa apa plot, yang diakhirnya ada konklusi yang amat gratis bahkan semua penantianku dan pencarianmu bersatu dihujung yang nyata? :’]
selamat malam kaseh, semoga jumpa engkau disana- disebuah tempat yang tiada garis antara jaga dan mimpi. selamat malam.
hazel zazali
memoir untuk jane
October 7, 2010 § Leave a comment
Pemujaan ini telah berakir, Jane. Bibir merah munggil kau yang aku simpan dicelah sofa, tak lagi menggoda. Cuma kadang kala cocok disimpan diranjang untuk berjaga jaga atau dijadikan teman ditempat tidur sahaja. Jadi pulang, Jane. Dan berhenti mengatuk pintu rumahku. Ada bibir baru sedang nyenyak tidur di sofa itu, yang kau pernah disitu dulu. Tapi maaf, Jane. Siapa yang kelak tahu bila burung yang sama tak berkicau disana, terbang diatas kita, kelmarin, lalu mampir kembali dikala senja? Pagi hari ini aku beku bangkit dari ranjang seperti tiada apa apa disisi. Cuma monolog diri dalam pegun. Dan dalam sepi aku menatap diri sendiri, dan menghadap diri sendiri, dan telanjang dalam jiwa, sendiri. Bibir baru tak semesra kau, Jane. Bibir baru sangat dingin, Jane! Sungguh aku masih boleh terdengar tawamu, masih aku terngingang simpulan senyummu, Jane. Pulanglah, Jane. Dan kalau tak keterlaluan aku pinta untuk selamanya. Dendam yang kau sedap sedapkan pasti akan basi. Berlapukan dalam pegang, dalam tamur gelap pandang. Pasti.
hazel zazali
oh ya,
October 7, 2010 § 1 Comment
hush,helpless.
October 7, 2010 § Leave a comment
Roh ini aku kira barangkali ada tersangkut dimana mana. Mungkin dicelah dedahan dan diselindung berbalik daunan. ideologi otak yang kadang kala tenteram dan kadang kala bersepah. Helpless, masih juga dirantai dengan soal soal perasaan yang tak sudah.ada yang cuba jenguk kedalam dunia aku,katanya ingin pastikan ada fiesta apa didalam. tapi kesemuanya berpatah balik ‘dalam sangat, aku tak mampu’. 22 tahun aku bernafas dan masih lagi pogah mencari jawapan tentang kehidupan.
…………………………………………………
Disana, mungkin mereka sedang menghafal doa, agar terbentang payung di langit kota kuala ini. Dan aku pula masih pegun di anekdot ini. Titah titah ini merantai roh, untuk tempoh yang terlalu lama. Baki baki barah yang masih subur. O gusti, apa artinya manusia?
hazel zazali